Bertemu lagi dengan
saya, Onta paling ganteng sejazirah Arab (ngarep). Kali ini gue akan menge-post
kembali menjelang gue yang keesokan harinya mau berjuang untuk UTS. Mari kita berdo'a semoga hasil UTS gue dan teman-teman semua sangat memuaskan. Aamiin. Ok, Check it out and Let’s
make fun! :D
Tepat di hari
Minggu, gue terbangun dari masa hibernasi gue di saat jam 3 dini hari. Entah
kenapa, dari tadi gue mencoba untuk kembali meneruskan tidur lagi. Tapi, tetap
aja gak bisa. Gue coba untuk menunggu datangnya rasa kantuk gue. Karena saking
lelahnya gue menunggu datangnya si kantuk ini, akhirnya gue ketiduran.
Seperti biasa, di weekend ini gue baru bangun jam 9 pagi. Hari libur adalah hari yang tepat untuk bermalas-malasan bagi para Jomblo-Lovers, dan hari kerja keras bagi yang berpacaran. Karena, di pagi buta orang yang berpacaran harus rela menyisakan waktunya untuk menemani sang pujaan hati berbelanja. Apalagi kebanyakan cewek itu minta ditraktir saat ingin makan karena uang 3 juta yang dia bawa dari rumah, ludes tak tersisa hanya untuk berbelanja. Pada momen ini, tekanan batin berada di pihak cowok. Bayangkan jika cewek itu maunya yang serba mewah. Tentu mereka ingin makan ditempat yang mewah juga. Antara mau dan enggak, si cowok harus mentraktir si cewek agar kelihatan lebih gentlemen di hadapan si cewek. Mungkin antara kartu ATM yang ketuker sama kartu pelajar, maka si cowok sudah tak punya cukup uang.
Tips dari Onta ganteng ini: “Yang harus di lakukan para cowok ketika menghadapi situasi ini adalah, memesan 1 porsi makanan. Ketika si cewek rewel dengan pesanan anda seperti ‘Sayang, kok kamu Cuma pesan satu porsi sih? Buat aku mana?’”
“Katakan dengan lembut ke cewek anda sambil menepuk pundaknya dengan lembut: ‘Maaf sayang, aku hanya ingin kita terlihat romantis. Jadi, aku pesan satu porsi agar nanti kita bisa suap-suapan.”
Satu hal yang penting: “Setelah mengucapkan hal itu, cium kening pasangan anda dengan lembut. Sehingga secara tak langsung dia mengerti bahwa keromantisan sedang terjalin.”
Masalah selesai.
Kembali ke masalah tadi. Karena gue termasuk Jomblo Holic, gue cukup bermalas-malasan layaknya seekor kuskus di kasur gue sambil sesekali memainkan henpon gue. Tepat saat gue lagi asyik main Angry Bird, tiba-tiba ada SMS masuk.
Dio: “Nta, futsal yuk! Kita main di lapangan PROLON jam 2 siang nanti.”
Gue berpikir keras. Sepertinya ada momen penting pada hari ini. Tetapi karena gue lupa, akhirnya ajakan Dio gue iyakan.
“Sip! Jemput gue nanti di rumah.”
SENT
Saat itu juga, gue langsung bangkit dari tempat tidur untuk sekedar pemanasan ringan sebelum nanti siang gue bermain futsal. Pemanasan gue ini sedikit unik dan aneh. Metode pemanasan yang gue tau saat itu adalah: Cara memanaskan sayuran, memanaskan motor, sampai memanas-manasin orang jug ague lakukan demi menjaga kebugaran tubuh gue (Sumpah gak nyambung abis).
Selesai gue pemanasan, gue segera mengambil makanan untuk sarapan (makan siang) sebelum gue berangkat futsal. Entah mengapa gue mendapatkan firasat buruk saat ini. Contohnya, saat gue lagi makan, tiba-tiba perut gue mules sendiri. Saat gue mau ambil minum, secera gak sengaja air minumnya ketelen sama gue padahal kan gue belum sempet minum?!
Tepat jam 13.30 gue udah preparing buat main futsal dan menunggu Dio dating untuk menjemput gue. 5 menit berlalu, gue masih stay di rumah. Tak lama kemudian gue mendapat SMS dari Dio:
Dio: “Nta, sorry ya.
Gue mau isi bensin sebentar. Tunggu di situ dulu.”
Akhirnya gue balas: “Oke,”
Sent
5 menit gue tungguin Dio, gue masih bersabar.
10 menit, gue masih bersabar.
15 menit, gue udah mulai nendang-nendangin batu.
20 menit, gue udah memilih batu yang cocok buat nimpuk Dio.
25 menit…
“Bip… bip…” Gue menoleh menuju arah suara itu. Ada sebuah motor matic berwarna merah. Masih samar-samar gue melihat, ternyata sosok Dio yang muncul. Ternyata tadi dia lagi nge-cek ban motornya.
“Sorry ya, Nta. Gue telat. Oh iya, ternyata futsalnya batal.” Kata Dio.
“Lho? Kok batal?” Tanya gue.
“Entahlah. Ikut gue bentar yuk, Nta!” Ajak Dio.
“Sebentar, gue mau naruh tas gue.”
Setelah gue meletakkan tas ke tempat asalnya, akhirnya gue mengikuti Dio yang mengajak gue entah ingin ke mana.
Gue ikuti kemana Dio pergi. Akhirnya, sampailah kami di suatu tempat yang lumayan sepi dengan di sisi kiri gue seperti hutan. Dio tiba-tiba berhenti di tempat itu. Gue yang masih bingung kenapa Dio mengajak gue ke tempat ini, tiba-tiba serangan telur dari belakang menyerang gue. Saat gue balik badan kearah belakang, ternyata gak ada orang sama sekali. Gue panik saat itu. Kenapa gue bisa panik? Karena selain gue di timpuk telur yang entah sama siapa, gue juga ditinggal di tempat yang aneh ini. Dalam bayangan gue, di tempat ini gue bakalan jadi sasaran empuk para kucing garong yang kelaparan. Setelah itu, gue bakalan di tolong sama Tutur Tintular yang lagi naik elang sambil mengendalikan naga. Saat gue berpikir keras untuk keluar dari tempat ini, tiba-tiba ada suara banyak langkah kaki dari depan dan belakang gue. Feeling gue berkata, akan ada tawuran di sini. Sementara gue berada diantara mereka. Gue kembali berpikir keras, bagaimana caranya agar gue bisa keluar dari tempat ini dan melarikan diri dari para makhluk yang akan mengadakan tawuran masal disini.
“Mampus gue! Kalau gue mati disini, berarti gue akan mati dengan gelar ‘Jomblo’ yang masih mendarah daging di tubuh gue. Lagipula, si Asep masih punya hutang 10 ribu sama gue.” Kata gue dalam hati.
Asep adalah teman seperjuangan gue. Dia ngutang 10 ribu ke gue Cuma buat beli minuman F*nta biar dibilang anak gaul. Sekarang, dia tinggal di daerah Bandung. Entah tepatnya dimana. Gue juga gak tau bagaimana cara dia buat bayar hutangnya ke gue. Harapan gue, semoga Asep gak membayar hutangnya lewat kartu ATM karena gue baru punya kartu pelajar. Kenapa kita jadi ngomongin beginian? Entahlah, gue juga gak tau.
Berusaha menyadarkan diri dari khayalan gue tadi, lagi-lagi gue ditimpuk pakai telur. Untungnya, saat itu gue berhasil menghindar. Anehnya adalah, telur ini seketika tidak pecah ketika membentur sesuatu dengan cepat. Kemungkinannya disini adalah:
1. Telur
itu habis selesai latihan fitness.
2. Telur
itu pakai wapak.
3. Telur
itu habis minum obat kuat.
Entahlah.
“Majuuu!!” Tiba-tiba suara dari arah di depan gue membuat gue menggigil ketakutan. Suara dari depan dan belakang gue ini layaknya orang yang lagi tawuran. Bedanya adalah orang tawuran akan lebih memilih pedang atau gas elpiji(?) untuk melawan musuhnya. Sementara orang yang gue lihat ini tawuran dengan senjata telur dan tepung. Ini mau tawuran atau mau bikin kue sih?
Gue bingung mau lari
kemana. Saat gue hendak melangkahkan kaki, tiba-tiba… cplaakk!! Timpukan telur
sukses menghujam bahu kanan gue. Perlahan-lahan, orang yang melemparkan
telur-yang-gak-bisa-pecah ini menampakkan dirinya secara bergerombol.
“Happy Birthday, Ilham!” Terdengar suara Dio, dan teman-teman gue yang lainnya. Ada Kaka, Alvin, sampai Asep yang diimpor langsung dari Bandung juga ada. Saat gue ingat-ingat, ternyata tepat di hari ini gue dilahirkan ke bumi. Ini adalah ulangtahun gue yang ke-14 tahun. Gue salut sama mereka yang masih memegang solidaritas ke gue. Di balik itu, gue juga menyimpan dendam sama mereka. Kampret! Gue dikerjain sama Dio dan sekarang gue masih ditimpuk pakai telur-yang-gak-bisa-pecah dan disiram pakai tepung yang udah di kasih air. This is a Kampret day!
Sebelum gue mati disini, gue sempat mendengar suara Dio yang begitu heran karena telur yang daritadi di lempar gak pecah-pecah. Sementara yang lain, masih asyik nimpukin gue pakai telur sialan itu.
“Alvin, ini telur apaan sih? Kok daritadi dilempar gak pecah-pecah?”
Alvin mengecek isi telur, sebelum gue mati beneran karena bonyok karena ditimpukin pakai telur-yang-gak-bisa-pecah itu, gue sempat mendengar kata-kata terakhir Alvin. “Sorry, ya. Ternyata telurnya udah direbus semua sama nyokap gue. Jadinya gak pecah deh. Hehehe…”
Alvin, gue berharap saat dijalan pulang nanti lo akan terpeleset kulit durian montong, lalu lo akan keselek sama telur rebus sialan itu. Kemudian saat lo megap-megap nyari udara, semoga ada bencong yang baik hati untuk memberikan lo nafas buatan.
0 komentar:
Posting Komentar