Halo semuanyaaa... dimanapun anda berada. Maaf ya, belakangan ini saya jarang nge-post. Yeah, belakangan ini lagi sibuk buat belajar jadi Pengacara soalnya (Pengangguran Banyak Acara). And now, kita mulai lagi seperti biasa.
Well, tepat di hari ini, yaitu tanggal 22 Juni, Jakarta sedang merayakan ulang tahunnya yang ke-486. Harapan gue sih, yaaa semoga aja Jakarta kedepannya macetnya gak terlalu parah, para perampok dan copet pada insyaf semua, banjir cuma ½ cm aja. Kayaknya gak mungkin sih yaaa... yah, namanya juga berharap. Menghayal ketinggian gak papa kan?
Ngomong-ngomong soal Jakarta, gue berpengalaman banget tinggal di kota ini. Dari waktu umur gue 5thn sampai saat umur gue menginjak umur 9thn gue tinggal di Jakarta. Di umur yang seperti itu, gue sudah merasakan bagaimana kerasnya kota Jakarta. Seperti dicubit sama tante-tante yang gak gue kenal, di cium dengan beringas sama teman nyokap gue, atau bahkan gue pernah dilemparin duit dengan keras sama bule (iye, gue tau gak nyambung).
Ada pengalaman buruk yang gue dapat saat masih berumur 5thn (kalau gak salah). Saat itu gue tinggal di suatu rumah di Jakarta Barat. Jadi ceritanya, saat gue baru pulang dari sekolah (TK), seperti hal umum yang dilakukan anak seumuran gue. Gue ganti baju, kemudian makan, abis itu main bareng teman. Di rumah gue, ada tetangga yang lagi datang berkunjung saat itu. Gue biasa manggil dia Bulek Leha (That's real). Waktu itu, gue lagi main kelereng sama teman gue di depan rumah sambil diawasi oleh nyokap gue dan bulek Leha yang emang keduanya juga lagi ngobrol di depan rumah gue. Setelah gue dan teman-teman gue lelah bermain, teman gue, Rizal mulai main yang aneh-aneh. Dia memasukkan kelereng itu kedalam lubang hidungnya, kemudian di keluarin lagi. Karena menurut teman-teman gue itu adalah suatu contoh yang patut ditiru, akhirnya mereka semua ikutan. Gue gak pernah mau ikut yang namanya kayak gituan. Karena gue takut ada kenapa-kenapa nantinya. Saat itu gue bingung mau ngapain, bengong kayaknya bukan solusi yang tepat. Akhirnya, gue memutuskan untuk untuk ikut gabung bareng mereka.
Suatu tragedi besar terjadi saat itu. Kelereng yang gue masukin ke dalam hidung gue itu gak bisa dikeluarin lagi. Gue panik saat itu. Teman-teman gue yang tahu akan hal ini langsung kabur menuju rumah masing-masing karena takut kena omel nyokap gue. Kampret emang. Akhirnya, gue memberanikan diri untuk mengadukan hal ini (kelereng masuk ke hidung gue) ke nyokap gue. Gue hampiri nyokap gue yang lagi asyik ngobrol sama bulek Leha. Gue tepuk tangan nyokap gue, nyokap gue nengok ke arah gue, begitu juga dengan bulek Leha. Akhirnya, nyokap gue bertanya kepada anaknya~ (Lho?)
"Kenapa, Ilham?"
Gue respon dengan nunjuk ke arah hidung gue. Memberi isyarat bahwa ada keleereng yang masuk kedalam hidung gue. Tapi bukannya nyokap gue langsung nolongin gue, dia malah bilang "Kamu haus?"
Gue geleng-geleng.
"Oh, mungkin lapar ya?"
Gue geleng-geleng lagi.
"Eh, lihat deh, bu, di hidungnya Ilham ada kelereng?" Ujar bulek Leha, panik.
"Hah?!" Nyokap gue kaget. Akhirnya setelah di cek, ternyata benar di hidung gue ada kelereng. Nyokap gue buru-buru ambil pinset dan segelas air dari dalam rumah.
"Kamu tenang ya, Ilham. Jangan banyak gerak. Mama akan melakukan operasi kecil biar kita hemat gak perlu ngeluarin banyak uang buat ke dokter. Ini gak akan sakit kok," kata nyokap gue.
Gue hanya bisa diam menuruti perintah nyokap. Nyokap gue akhirnya memulai operasi kecil di di depan rumah gue, bulek Leha datang dari dalam rumah membawa kipas sate dan segera ngipasin gue. Selama proses operasi, gue dilarang untuk membuka mata. Katanya sih, biar gak sakit. Setelah setengah jam lamanya, akhirnya kelereng itu bisa di keluarkan dari hidung gue. Nyokap dan bulek Leha bernafas lega. Layaknya berhasil melahirkan anak baru. Gue sebagai ibu-ibu hamilnya, Nyokap dan bulek Leha sebagai suster dan dokternya, dan kelereng itu sebagai anak gue yang baru lahir.
"Ilham, gimana sekarang? Udah enakan?" Tanya nyokap gue.
"Dari tadi biasa aja, Ma," Jawab gue sambil nyemil kacang.
"Tapi tadi kamu hampir mati, Ilham. Kamu hampir mati!" Ujar nyokap gue sewot.
"Ma..."
"Kenapa?"
"Itu tadi mama bawa air minum buat apaan deh?"
"Ah, itu... emm... kamu emang gak mau minum?"
"Engga,"
"Ya udah deh, biar mama aja yang minum," Kata nyokap gue sambil nyender di tembok.
"Yeeee..."
Akhirnya, untuk sementara, saat itu gue gak diperbolehkan bermain kelereng atau semua hal yang berbentuk seperti bola. Bahkan saat gue mau main bola bareng teman-teman gue, nyokap gue mewanti-wanti biar gue gak ikutan main. Saat gue tanya kenapa, nyokap gue cuma jawab "Mama takut bolanya nanti kamu masukin ke hidung lagi."
Anyway, lubang hidung gue kayaknya boros banget ngabisin oksigen. Mungkin ini karena... ah, sudahlah...
3 komentar:
wah awas dioperasi mas kemasukan kelereng
sekarang udah kayak biasa kok, gan. Itu waktu ane masih TK gitu
hahaha oke juga
Posting Komentar