Jumat, 29 Maret 2013 7 komentar

Kenangan Di Balik Sekotak Kue


Tidak banyak reaksi yang akan diberikan oleh seorang cowok ketika sedang diputusin oleh pacarnya.

Padahal, prosesi pemutusan umumnya dimulai dari kalimat sederhana yang keluar dari mulut si cewek seperti “Lebih baik kita temenan aja ya?” atau “Aku masih ingin sendiri dulu”. Namun nyatanya, banyak cowok yang kebingungan ingin merespons apa.

Di kehidupan sehari-hari, pada umumnya ketika si cowok diputusin sama ceweknya, dia pasti akan berusaha untuk gak nangis. Harga diri lebih dipertaruhkan ketimbang harus nangis sambil teriak “Kenapa?! Kenapaaa?!”.

Hal yang sama terjadi pada gue di pertengahan tahun 2012. Saat itu, dia mutusin gue lewat SMS. Setelah melalui basa-basi yang cukup lama, akhirnya perlahan-lahan kata-kata itu keluar secara gak langsung lewat mulutnya.

“Maaf ya, sayang. Kayaknya kita udah gak cocok deh,”

“Maksud kamu?” Tanya gue dengan kebingungan.

“Iya, kita beberapa hari ini udah jarang buat ketemu. Bahkan untuk SMS aja jarang. Jadi, aku memutuskan buat sendiri dulu.” Kata dia.

Tentu gue kaget akan pernyataan (mantan) pacar gue ini.

“Maksud kamu, kita putus?” Tanya gue lagi sambil menghela napas.  (di dalam hati: “INI BENERAN PUTUUUSS?!”)

“Iya, kita putus.” Jawab dia.

“Kamu serius?” (di dalam hati: “PLEASE… JANGAN PUTUS DOOOONGG,”)

“Maaf, ya. Kayaknya ini yang terbaik untuk kita deh.”

Setelah senam jantung yang cukup lama, akhirnya gue bilang ke dia “Oh, ya udah deh.” (di dalam hati: “TIIDAAAAAAKKKK..!!!”)

Gue menghela napas cukup panjang. Gue menyenderkan kepala gue, lalu berpikir apa yang salah. Memang sih, dalam beberapa minggu terakhir ini kami sudah terlihat tidak cocok, berantem, dan sering salah paham. Tapi, gue gak menyangka bakalan berakhir seperti ini.

PUTUS cinta seperti disengat oleh lebah. Memang awalnya gak berasa, tapi seiring berjalannya waktu bengkaknya mulai terlihat. Selama gue mau melakukan kegiatan, tidak ada yang gue pikirkan selain usaha untuk mengetahui kesalahan apa yang telah gue perbuat. Gue bahkan sempat cerita sama teman gue sambil ketawa-ketawa sendiri kalau gue habis diputusin. Efeknya baru kerasa saat di malam hari. Dimana saat itu teman-teman gue lagi ngapel atau jalan beduaan sama pacarnya dan gue hanya bisa termenung di dalam rumah. Saat gue lagi makan malam, gue mulai menghela napas lagi. Di situ gue mulai merasa, ternyata sakit juga.

Gue mencoba mentafsirkan kejadian ini dengan perumpamaan tentang makhluk hidup. Ya, makhluk hidup mempunyai ciri-ciri. Salah satunya yaitu bergerak. Makhluk hidup bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Ini seperti gue yang mengalami berbagai peristiwa yang macam-macam kejadiannya. Makhluk hidup berpindah-pindah tempat dari satu tempat ke tempat lain. Apabila telah menemukan tempat yang cocok, akhirnya makhluk hidup memutuskan untuk menetap di tempat itu. Ini seperti gue yang mencoba pindah dari satu hati menuju hati yang lain. Sekarang, tempat tinggal gue masih ada di dia. Gue belum memutuskan untuk berpindah tempat menuju ke tempat lain.

Teringat kembali ketika keluarga gue berencana untuk pindah rumah dari Jakarta ke Tangerang. Awalnya, gue gak setuju karena merasa nyaman dengan rumah yang saat itu gue tempati. Namun, Nyokap gue punya alasan lain.

“Ilham, rumah ini sudah terlalu sempit untuk kita ber-empat. Adik kamu sudah besar, kamu juga bertambah besar. Kita harus pindah ke rumah yang lebih luas.”

Mungkin, ini alasan dia untuk memutuskan pisah dengan gue. Ternyata tempat yang kami tinggali sudah tidak muat lagi. Dan dia memutuskan untuk pergi dengan menyisakan berbagai kenangan yang kami lalui bersama.

Beberapa hari kemudian, di tanggal 28 Mei 2012 yang kala itu hari anniversary gue sama dia, gue mencoba buka twitter gue  https://twitter.com/notafatboy_ dan gue dapat mention dari dia yang berbunyi:

“@dilacayangcelalu: @notafatboy_ 28 :P”

Gue tersenyum sebentar. Mengingat kembali berbagai kenangan yang pernah gue lalui bersama dia. Mulai dari saat bokapnya ulang tahun, setelah itu gue di ajak main ke kelasnya. Gue yang udah berpikir negative, langsung mengajak teman gue, Izar ikut ke kelas dia. Karena jika terjadi apa-apa, bisa ada yang nemenin gue balik ke kelas. Namun, ternyata dia ngasih kejutan. Dibawalah sekotak kue dari dalam tasnya, setelah itu kami suap-suapan berdua di depan kelas. Indah sekali rasanya. Karena gue sangat menikmati, akhirnya tanpa sadar si Izar gue telantarkan begitu saja. Bahkan setelah gue selesai menghabiskan sekotak kue itu, gue kembali ke kelas dengan wajah tanpa berdosa karena telah menelantarkan si Izar. Gue baru sadar ketika telah mendapati Izar yang sudah berada di dalam kelas gue dan melihat kea rah gue dengan padangan jutek.

Akhirnya, gue balas mention dari dia “Hehehe RT @dilacayangcelalu: @notafatboy_ 28 :P”

Setelah membalas mention itu, gue menghela napas gue. Gue termenung sebentar sambil memikirkan satu hal, Apa ini saatnya untuk kembali ke rumah lama?
Senin, 11 Maret 2013 0 komentar

Telur Yang Di Rebus

Bertemu lagi dengan saya, Onta paling ganteng sejazirah Arab (ngarep). Kali ini gue akan menge-post kembali menjelang gue yang keesokan harinya mau berjuang untuk UTS. Mari kita berdo'a semoga hasil UTS gue dan teman-teman semua sangat memuaskan. Aamiin. Ok, Check it out and Let’s make fun! :D
 
Tepat di hari Minggu, gue terbangun dari masa hibernasi gue di saat jam 3 dini hari. Entah kenapa, dari tadi gue mencoba untuk kembali meneruskan tidur lagi. Tapi, tetap aja gak bisa. Gue coba untuk menunggu datangnya rasa kantuk gue. Karena saking lelahnya gue menunggu datangnya si kantuk ini, akhirnya gue ketiduran.

Seperti biasa, di weekend ini gue baru bangun jam 9 pagi. Hari libur adalah hari yang tepat untuk bermalas-malasan bagi para Jomblo-Lovers, dan hari kerja keras bagi yang berpacaran. Karena, di pagi buta orang yang berpacaran harus rela menyisakan waktunya untuk menemani sang pujaan hati berbelanja. Apalagi kebanyakan cewek itu minta ditraktir saat ingin makan karena uang 3 juta yang dia bawa dari rumah, ludes tak tersisa hanya untuk berbelanja. Pada momen ini, tekanan batin berada di pihak cowok. Bayangkan jika cewek itu maunya yang serba mewah. Tentu mereka ingin makan ditempat yang mewah juga. Antara mau dan enggak, si cowok harus mentraktir si cewek agar kelihatan lebih gentlemen di hadapan si cewek. Mungkin antara kartu ATM yang ketuker sama kartu pelajar, maka si cowok sudah tak punya cukup uang.

Tips dari Onta ganteng ini: “Yang harus di lakukan para cowok ketika menghadapi situasi ini adalah, memesan 1 porsi makanan. Ketika si cewek rewel dengan pesanan anda seperti ‘Sayang, kok kamu Cuma pesan satu porsi sih? Buat aku mana?’”

“Katakan dengan lembut ke cewek anda sambil menepuk pundaknya dengan lembut: ‘Maaf sayang, aku hanya ingin kita terlihat romantis. Jadi, aku pesan satu porsi agar nanti kita bisa suap-suapan.”

Satu hal yang penting: “Setelah mengucapkan hal itu, cium kening pasangan anda dengan lembut. Sehingga secara tak langsung dia mengerti bahwa keromantisan sedang terjalin.”

Masalah selesai.

Kembali ke masalah tadi. Karena gue termasuk Jomblo Holic, gue cukup bermalas-malasan layaknya seekor kuskus di kasur gue sambil sesekali memainkan henpon gue. Tepat saat gue lagi asyik main Angry Bird, tiba-tiba ada SMS masuk.

Dio: “Nta, futsal yuk! Kita main di lapangan PROLON jam 2 siang nanti.”

Gue berpikir keras. Sepertinya ada momen penting pada hari ini. Tetapi karena gue lupa, akhirnya ajakan Dio gue iyakan.

“Sip! Jemput gue nanti di rumah.”
SENT

Saat itu juga, gue langsung bangkit dari tempat tidur untuk sekedar pemanasan ringan sebelum nanti siang gue bermain futsal. Pemanasan gue ini sedikit unik dan aneh. Metode pemanasan yang gue tau saat itu adalah: Cara memanaskan sayuran, memanaskan motor, sampai memanas-manasin orang jug ague lakukan demi menjaga kebugaran tubuh gue (Sumpah gak nyambung abis).

Selesai gue pemanasan, gue segera mengambil makanan untuk sarapan (makan siang) sebelum gue berangkat futsal. Entah mengapa gue mendapatkan firasat buruk saat ini. Contohnya, saat gue lagi makan, tiba-tiba perut gue mules sendiri. Saat gue mau ambil minum, secera gak sengaja air minumnya ketelen sama gue padahal kan gue belum sempet minum?!

Tepat jam 13.30 gue udah preparing buat main futsal dan menunggu Dio dating untuk menjemput gue. 5 menit berlalu, gue masih stay di rumah. Tak lama kemudian gue  mendapat SMS dari Dio:
Dio: “Nta, sorry ya. Gue mau isi bensin sebentar. Tunggu di situ dulu.”

Akhirnya gue balas: “Oke,”
Sent

5 menit gue tungguin Dio, gue masih bersabar.

10 menit, gue masih bersabar.

15 menit, gue udah mulai nendang-nendangin batu.

20 menit, gue udah memilih batu yang cocok buat nimpuk Dio.

25 menit…

“Bip… bip…” Gue menoleh menuju arah suara itu. Ada sebuah motor matic berwarna merah. Masih samar-samar gue melihat, ternyata sosok Dio yang muncul. Ternyata tadi dia lagi nge-cek ban motornya.

“Sorry ya, Nta. Gue telat. Oh iya, ternyata futsalnya batal.” Kata Dio.

“Lho? Kok batal?” Tanya gue.

“Entahlah. Ikut gue bentar yuk, Nta!” Ajak Dio.

“Sebentar, gue mau naruh tas gue.”

Setelah gue meletakkan tas ke tempat asalnya, akhirnya gue mengikuti Dio yang mengajak gue entah ingin ke mana.

Gue ikuti kemana Dio pergi. Akhirnya, sampailah kami di suatu tempat yang lumayan sepi dengan di sisi kiri gue seperti hutan. Dio tiba-tiba berhenti di tempat itu. Gue yang masih bingung kenapa Dio mengajak gue ke tempat ini, tiba-tiba serangan telur dari belakang menyerang gue. Saat gue balik badan kearah belakang, ternyata gak ada orang sama sekali. Gue panik saat itu. Kenapa gue bisa panik? Karena selain gue di timpuk telur yang entah sama siapa, gue juga ditinggal di tempat yang aneh ini. Dalam bayangan gue, di tempat ini gue bakalan jadi sasaran empuk para kucing garong yang kelaparan. Setelah itu, gue bakalan di tolong sama Tutur Tintular yang lagi naik elang sambil mengendalikan naga. Saat gue berpikir keras untuk keluar dari tempat ini, tiba-tiba ada suara banyak langkah kaki dari depan dan belakang gue. Feeling gue berkata, akan ada tawuran di sini. Sementara gue berada diantara mereka. Gue kembali berpikir keras, bagaimana caranya agar gue bisa keluar dari tempat ini dan melarikan diri dari para makhluk yang akan mengadakan tawuran masal disini.

“Mampus gue! Kalau gue mati disini, berarti gue akan mati dengan gelar ‘Jomblo’ yang masih mendarah daging di tubuh gue. Lagipula, si Asep masih punya hutang 10 ribu sama gue.” Kata gue dalam hati.

Asep adalah teman seperjuangan gue. Dia ngutang 10 ribu ke gue Cuma buat beli minuman F*nta biar dibilang anak gaul. Sekarang, dia tinggal di daerah Bandung. Entah tepatnya dimana. Gue juga gak tau bagaimana cara dia buat bayar hutangnya ke gue. Harapan gue, semoga Asep gak membayar hutangnya lewat kartu ATM karena gue baru punya kartu pelajar. Kenapa kita jadi ngomongin beginian? Entahlah, gue juga gak tau.

Berusaha menyadarkan diri dari khayalan gue tadi, lagi-lagi gue ditimpuk pakai telur. Untungnya, saat itu gue berhasil menghindar. Anehnya adalah, telur ini seketika tidak pecah ketika membentur sesuatu dengan cepat. Kemungkinannya disini adalah:
1.      Telur itu habis selesai latihan fitness.
2.      Telur itu pakai wapak.
3.      Telur itu habis minum obat kuat.
Entahlah.

“Majuuu!!” Tiba-tiba suara dari arah di depan gue membuat gue menggigil ketakutan. Suara dari depan dan belakang gue ini layaknya orang yang lagi tawuran. Bedanya adalah orang tawuran akan lebih memilih pedang atau gas elpiji(?) untuk melawan musuhnya. Sementara orang yang gue lihat ini tawuran dengan senjata telur dan tepung. Ini mau tawuran atau mau bikin kue sih?
Gue bingung mau lari kemana. Saat gue hendak melangkahkan kaki, tiba-tiba… cplaakk!! Timpukan telur sukses menghujam bahu kanan gue. Perlahan-lahan, orang yang melemparkan telur-yang-gak-bisa-pecah ini menampakkan dirinya secara bergerombol.

“Happy Birthday, Ilham!” Terdengar suara Dio, dan teman-teman gue yang lainnya. Ada Kaka, Alvin, sampai Asep yang diimpor langsung dari Bandung juga ada. Saat gue ingat-ingat, ternyata tepat di hari ini gue dilahirkan ke bumi. Ini adalah ulangtahun gue yang ke-14 tahun. Gue salut sama mereka yang masih memegang solidaritas ke gue. Di balik itu, gue juga menyimpan dendam sama mereka. Kampret! Gue dikerjain sama Dio dan sekarang gue masih ditimpuk pakai telur-yang-gak-bisa-pecah dan disiram pakai tepung yang udah di kasih air. This is a Kampret day!

Sebelum gue mati disini, gue sempat mendengar suara Dio yang begitu heran karena telur yang daritadi di lempar gak pecah-pecah. Sementara yang lain, masih asyik nimpukin gue pakai telur sialan itu.

“Alvin, ini telur apaan sih? Kok daritadi dilempar gak pecah-pecah?”

Alvin mengecek isi telur, sebelum gue mati beneran karena bonyok karena ditimpukin pakai telur-yang-gak-bisa-pecah itu, gue sempat mendengar kata-kata terakhir Alvin. “Sorry, ya. Ternyata telurnya udah direbus semua sama nyokap gue. Jadinya gak pecah deh. Hehehe…”

Alvin, gue berharap saat dijalan pulang nanti lo akan terpeleset kulit durian montong, lalu lo akan keselek sama telur rebus sialan itu. Kemudian saat lo megap-megap nyari udara, semoga ada bencong yang baik hati untuk memberikan lo nafas buatan.
 
;